Sabtu, 20 September 2014
Kemiskinan di Zimbabwe
Secara geografis, Zimbabwe merupakan sebuah negara
yang sangat beruntung hal ini jika dilihat dari potensi sumber daya mineral
yang ada. Zimbabwe merupakan wilayah
yang paling kaya akan mineral di muka
bumi, termasuk yang berupa bahan radioaktif. Zimbabwe merupakan negara yang kaya akan emas, asbes,vanadium,
chrom, batu bara dan bijih besi. Dengan segala potensi yang ada Zimbabwe
mampu menjadi negara yang kaya
dan tentu mampu mensejahterakan rakyatnya jika semua potensi mineral yang
ada dimanfaatkan dengan sebijak-
bijaknya.
Namun faktanya, Zimbabwe termasuk sebagai negara termiskin di
dunia.Sesuai dengan teori yang dikemukakan Acemoglu dan Robinson, mereka percaya bahwa yang menentukan suatu negara
bisa menjadi sejahtera atau miskin bukanlah diakibatkan oleh faktor budaya,
iklim, maupun kondisi geografis negara tersebut. Mereka menyimpulkan bahwa
faktor utama yang menyebabkan suatu negara sejahtera atau miskin adalah
institusi politik dan ekonomi yang mereka pilih. Institusi politik dan ekonomi
yang terbuka, sistem yang bisa diakses dan dimanfaatkan oleh banyak orang adalah
penunjang utama suatu negara menjadi
sejahtera. Hal ini terjadi di Negara
Zimbabwe, awal mulanya Zimbabwe merupakan sebuah negara yang makmur di Benua
Afrika, namun pemerintahan dan perekonomian yang diwarnai dengan korupsi
menjadikan Zimbabwe mengalami hyperinflansi yaitu sampai 11000% pada tahun 2007
dan tentunya menjadikan negara ini menjadi negara termiskin di dunia. Disaat
negaranya mengalami krisis justru presiden (Robert Mugabe) dari Zimbabwe
menaikkan gajinya sendiri hingga 1000%. Dengan gaji yang luar biasa tersebut Ia
bisa membangun Mugabe's Palace dengan biaya mencapai 6 Juta Poundsterling atau
sekitar Rp.108.000.000.000,-. Rumah tersebut memiliki 3 tingkat, office suite,
25 kamar tidur beserta kamar mandi, serta spa pribadi. Dia justru tanpa ada
rasa keprihatinan, berfoya-foya/ menghambur- hamburkan uang diatas penderitaan
masyarakatnya yang kelaparan.
Sejauh ini, kebijakan yang diambil pemerintah berkaitan dengan
krisis ekonomi, belum menghasilkan perubahan yang berarti. Seperti pada Agustus
lalu, Bank Sentral Zimbabwe memutuskan untuk meredenominasi mata uang dengan
mengubah uang 10 miliar dolar Zimbabwe menjadi 1 dolar Zimbabwe atau
menghilangkan 10 angka nol. Hal ini
dilakukan untuk membantu masyarakat keluar dari hiperinflasi yang terjadi.
Namun kebijakan ini masih belum mampu menyelesaikan permasalahan inflasi yang
ada. Karena masalah lain yang harus dihadapi Zimbabwe yaitu berkaitan dengan
kelangkaan arus dana masuk atau investasi dari luar. Jatuhnya perekonomian negeri ini, dipicu oleh mismanajemen serta
perilaku pemerintahan / rezim yang korup.
Negara itu selama 1998-2002
juga terlibat perang dengan Republik Kongo, hingga menguras biaya ratusan juta
dolar Amerika. Situasi kian parah setelah Mugabe menerapkan program reformasi
lahan yang tidak tepat sasaran. Pada tahun 2000, Mugabe mengambil alih secara
paksa lahan pertanian petani kulit putih untuk didistribusikan ke petani kulit
hitam. Kebijakan ini menyebabkan 4.000 petani kulit putih kehilangan lahan. Di
lain sisi warga kulit hitam tidak memiliki persediaan benih, pupuk, dan bahan
bakar yang cukup. Zimbabwe terpaksa mengimpor biji pangan dari Afrika Selatan,
Zambia, dan Malawi. Sejak itu, ekonomi Zimbabwe terjun bebas. Ekspor pertanian,
khususnya tembakau, turun drastic . Walaupun begitu, pemerintah Mugabe terus
berkilah bahwa krisis ekonomi ini terjadi karena tekanan dari luar. Mugabe
menuduh isolasi finansial yang massive yang dilakukan Amerika, Inggris, dan Uni
Eropa melalui ZDERA menjadi biang kerok tingginya inflasi negara itu. Menurut
Mugabe, melalui ZDERA, Amerika melakukan berbagai upaya ke Dana Moneter
Internasional dan lembaga keuangan lain untuk membatalkan kucuran utang buat
Zimbabwe. Sanksi ini diberikan karena Zimbabwe terlibat perang dengan Kongo. Ia
bahkan menuding Inggris berada di balik inflasi yang mengguncang negeri itu.
Padahal pemerintahan Mugabe yang penuh dengan korupsi, pemerintahan yang
tertutup dan hanya menguntungkan sgelintir orang saja yang menyebabkan Zimbabwe
mengalami kemiskinan yang berkelanjutan. Selain itu penerapan kebijakan
perekonomian yang kurang tepat dan tidak tepat sasaran juga merupakan andil
dalam menjadikan Zimbabwe semakin jatuh.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar